![]() |
Ranu Kumbolo | Noreta Agus Sasono |
Dan percayalah bahwa Ranu Kumbolo itu tempat yang adil.
Pagi meninggi, meskipun malas masih menjadi musuh terberat, namun semangat tidak boleh terikat. Segera saya keluar, pukul 5 pagi hari ini begitu mengesankan, bagaimana tidak .. ?? dari ufuk timur, semburat warna merah telah muncul di balik bukit, kemudian menguning, seperti ada dua, dualisme keindahan yang tiada tara di pagi ini. Memang tidak hanya saya yang sedang menyaksikan, beberapa pasang kelopak mata lainya yang sepertinya sudah tidak asing lagi dengan hal ini tetap saja terlihat kagum, mereka juga ditemani lensa-lensa kesayangan mereka. Benar-benar sebuah mahakarya fantastis.
Ranu Kumbolo | Noreta Agus Sasono |
Ranu Kumbolo | Noreta Agus Sasono |
Menghabiskan waktu berjam-jam di tempat ini tidak akan terasa begitu lama, wajarlah, perasaan itu mempengaruhi keadaan, begitu juga sebaliknya. Gila euy pokoknya.
Dan percayalah bahwa Ranu Kumbolo akan tetap adil.
Mentari semakin meninggi, dan kau tidak akan pernah berhenti berdecak kagum. Ada bukit yang terang, ada bukit yang gelap tertutup bayangan, ada rumput yang kuning mengering, ada rumput menghijau di bawah lindungan daun-daun pohon, serasi.
Tanjakan Cinta | Noreta Agus Sasono |
Itu tanjakan cinta yang nanti akan saya coba, tapi nanti dulu, akan lebih baik jika kita melakukan prosesi masak-memasak terlebih dahulu, mari meracik beberapa bahan dan bumbu terlebih dahulu, menu utama hari ini adalah sayur sop dan sardines, untuk lauk tambahan kita keluarkan kerupuk, tempe serta telur, lalu menuangkan kembali minyak goreng, dan.... mulailah ... sedikit asin >_<
WISENSA
Ini tentang seorang anak laki-laki bernama Wisensa. Sang ibu bercerita tentang apa yang sedang ia lakukan, saudaranya mengatakan kalau ini adalah sebuah upacara nyaur atau dalam bahasa Indonesia bisa berarti membayar (mengembalikan/mengganti).16 tahun setelah pernikahan sang ibu belum dikarunia seorang anakpun, dan pada sebuah malam ia bermimpi, dalam mimpinya, seseorang memintanya untuk minta pertolongan kepada Si Mbah penunggu batu itu, dan di kemudian haripun ia bersama dengan suaminya pergi ke tempat ini. Beberapa bulan setelah itu ia merasakan ada yang berbeda dengan dirinya, ia hamil.
KEMBALI MELANGKAH
Setelah dirasa cukup, tepat pukul setengah 12 siang kami melanjutkan perjalanan menuju Kali Mati. Tidak lupa juga ini, buat kenang-kenangan dari Ranu Kumbolo, saya keluarkan lagi kamera poket dari tas lalu minta tolong sama anak UNTAG buat fotoin kita bertiga. Mancappp ... !!!
Tanjakan Cinta | Noreta Agus Sasono |
Seperti biasa, kalau gak ninggal di depan ya saya berangkatnya belakangan, lha kenapa emangnya mas..?? Gak-apa biar kelihatan gaul saja, halah, ya biar lebih mudah mantau mereka berdua.
Start dari Ranu Kumbolo menuju ke barat, di depan sudah ada satu tanjakan yang cukup terkenal di kalangan pendaki, benar, itu Tanjakan Cinta, kelihatanya dari sini emang gak seberapa tinggi, tapi setelah dicoba, masyaAllah, lumayan ... :-D Kenapa dinamakan Tanjakan Cinta, denger-denger karena kalau kita bisa melewati tanjakan ini tanpa berhenti dan tanpa menengok ke belakang, angan-angan tentang cinta yang kita harapkan bakal kesampaian, misal ( Pengen hubungannya langgeng ) Itu katanya orang-orang .. :-D Dan apakah saya mampu melewatinya tanpa berhenti dan menengok ke belakan. Alhamdulillah saya bisa :) Trus yang diharapkan? Soal harapan, itu rahasia :) yang pasti saya cuma berharap kepada Gusti Allah, soal Tanjakan Cinta, itu cuma saya anggap sebagai sebuah tantangan, dan Alhamdulillah saya berhasil melewatinya, itu saja.
Oro-oro Ombo | Noreta Agus Sasono |
Oro-oro ombo, atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan dengan Padang yang luas. Istirahat kami selama beberapa menit belum bisa meredam lelah dan linu-linu di lutut, karena di balik Tanjakan Cinta, sebelum menuju Oro-oro ombo, disana kita harus menuruni sebuah bukit, ini saya namakan Turunan Benci, karena memang cukup membuat lutut saya sakit. Haduwh.. baru bisa istirahat setelah 15 menit berjalan, tepatnya di Cemoro Kandang. Di sana sambil nunggu temen-temen dari UNTAG nyusul, tak leyeh-leyeh dulu. Cemoro Kandang di Semeru itu gak terlalu eksotis kalau meurut saya, biasa saja, gak ada yang wah.
Lanjut, karena di sini gak ada yang wah, cerita perjalanan langsung kita skip menuju Kali Mati, eh, dari pada lupa, sebelum sampai di Kali Mati, ada tempat lumayan asik, namanya Jambangan, dari sana kita bisa lihat Mahameru sedang
Kali Mati | Noreta Agus Sasono |
KALI MATI
Menghampar luas rumput kering di Kali Mati
Entah, aku tak tahu Edelweiss mana yang pernah dipetik Soe Hok Gie
Mereka belum mengatakannya kepadaku
Namun tetap akan ku tunggau
Hampir sama ketika kami datang di Ranu Kumbolo, matahari sudah berada di sebelah barat, segera kami menyusul teman-teman yang lain yang sudah terlebih dulu sampai, bang Odel dan Mas Gondrong yang juga sudah berangkat dari RK sejak tadi pagi. Bgitu sampai, langsung ngikut bang odel bangun tenda di dalam ruang, hahaha, emang saya gak mau kedinginan lagi disini. Nining yang bangun, saya sama Selfi turun ke Sumber Mani mengambil air. Dari Kali Mati menuju Sumber Mani kita harus berjalan ke arah barat, sekitar satu jam perjalanan pulang-pergi.
Semakin malam, semakin mempesona, di atas sana langit begitu cerah, bulan pun bersinar cukup terang, bintang-bintang juga terlihat begitu bergairah, mungkin juga senang, karena di bawah ada beberapa orang yang rela meninggalkan rumah dan tidur apa adanya untuk lebih dekat dengan mereka, meskipun hanya beberapa ribu meter.
Rencana besok mau Summit Attack pukul 01.00 bareng masa Mas Gondrong dan Bang Odel, dan ternyata banyak yang minat mau bareng, temen-temen dari Jakarta juga mau ikut katanya. Ok deal, pukul 8 malam meninggalkan perapian menuju tenda, nengok Nining sama Selfi ternyata sudak pada KO, saya juga ketularan mau meng-KO-kan diri, saya mau merem dulu sodara-sodara ... ( sambil set alarm pukul 00.30 )
Tes.. tes.. tes... skip sampai persiapan perjalanan, tas saya sudah terisi air satu botol, tabung oksigen, agar-agar, dan satu bungkus biskuit, saya rasa cukup buat bertiga, toh sebelum berangkan sudah sempat makan dulu. Setelah makan langsung kumpul dan berdo'a, weh, ternyata nambah lagi, temen-temen dari UNTAG juga ikut, tengok kanan kiri lagi, rombongan Bang Seno juga ikut, bagus deh, jadi lebih banyak yang berpengalaman :-D Bismillahhirrohmanirrohim ... Mahameru ... Woy ....
Satu jam perjalanan kita berhenti istirahat di Arcopodo, sambil nunggu yang belum sampai, baru lanjut jalan lagi. Tidak lama kemudian kita sampai di perbatasan hutan, melihat keatas hanya ada bayangan hitam besar. Pelan-pelan kita bertiga semakin tertinggal, wajar lah, mereka kan orang-orang gunung.. :-D Semakin lama semaki berat, karena yang kita pijak tidak lagi tanah, tetapi pasir, kalau tidak pas pasti longsor. Selfi yang sepertinya gak ngerasa keberatan saya suruh duluan saja. Saya yang paling bawah sambil nunggu Nining, sepertinya sedikit ada masalah dengan kakinya, berkali-kali saya coba bantu narik dari atas dan akhirnya saya juga ikutan capek :-D ya sudah kita putuskan istirahat dulu nyusul Selfi, Nining tiduran, kakinya sakit, kedinginan pula, benar-benar lengkap sudah penderitaanya. Sampai pagi ....... Saya buka tas yang mulai basah karena agar-agar yang tumpah, akhirnya juga dimakan sama Selfi.
Binggung juga sebenarnya, mau tak lanjut ninggalin mereka berdua juga agak gimana gitu, namu akhirnya naik juga, nekat sampai kira-kira 100 meter baru ingat kalau semua makanan dan air ada di tas saya, turun lagi, buru-buru saya bagi jadi 2. Kembali naik untuk Mahameru, sekitar 100 meter lagi saya ketemu Mas Gondrong lari dari atas, jaketnya basah, karena memang di atas cuacanya ekstrim, ya sudah lah, mungkin belum rejekinya, memang sepertinya harus kembali lagi kesini suatu saat.
Pukul 06.00 - 3010 mdpl. |
Sedikit menyesal dan ada sesuatu yang mengganjal, seperti kurang lengkap jika belum sampai atas. Tapi tak apa, mungkin memang aku tidak ditakdirkan mati konyol seperti Soe Hok Gie.
THE DAY AFTER
Semua turun, dan kekeluargaan baru terbentuk, yang semula tidak saling kenal sekarang mendekat. Bang Odel, Om Gondrong, Mbak Karin, Mbak Ricka, Bang Egal, Bang Ahdiat, Bang Seno, Bang Adit, Fara. Andy Cahyo, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk semuannya. Terimakasih juga buat Bang Odel untuk Rawonnya di Tumpang.. :)
![]() |
Foto Keluarga |
End
Part 1 : http://www.sasono.web.id/2012/09/mencumbu-semeru-part-i.html
Part 2 : http://www.sasono.web.id/2012/09/mencumbu-semeru-part-ii.html
Sungguh luar biasa....
ReplyDeleteRuar biasa .. :-D
ReplyDelete